MENGENAL DIABETES
ANGKA penyandang diabetes meningkat seiring epidemi obesitas. Skrining diabetes karena gejalanya kadang tidak terasa.
Sayangnya, perubahan tak selalu berdampak positif. Makin banyaknya orang obesitas (bobot badan berlebih) merupakan salah satu efek gaya hidup modern yang serba praktis dan instan. Padahal, kegemukan adalah biang penyakit, termasuk diabetes.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit tingginya kadar glukosa (gula sederhana) dalam darah karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Seseorang dikategorikan diabetesi (penyandang diabetes) bila kadar glukosa darahnya di atas 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa, dan di atas200 mg/dl setelah dua jam makan.
Terdapat empat kala atau tipe diabetes,yakni tipe 1,tipe 2, tipe lain (disebabkan adanya penyakit atau sebab lain), dan DM pada kehamilan (gestasional). Diabetes tipe 1 bisa dialami sejak kanak-kanak atau remaja. Si penyandang harus mendapat asupan insulin rutin seumur hidup, baik melalui injeksi atau inhalasi.
Namun, DM tipe 1 umumnya tidak terkait obesitas. Sementara DM tipe 2 rata-rata dialami orang dewasa dan tidak tergantung insulin. Ini sering terjadi pada orang obesitas, yaitu orang dengan indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2 atau kelebihan lemak minimal 20% dari berat badan ideal. Diet dan olahraga merupakan penatalaksanaan paling tepat untuk golongan ini. Seiring peningkatan angka obesitas, WHO memperkirakan tahun 2030 sekitar 21,3 juta orang Indonesia terkena diabetes.
Gejala umum penyakit gula ini antara lain sering kencing, mudah lapar dan haus, berat badan turun, cepat lelah dan mengantuk, luka sulit sembuh, penglihatan kabur, gatal-gatal (terutama di sekitar kemaluan), impoten, kesemutan. Wanita diabetesi juga berisiko melahirkan bayi berbobot 4 kg atau lebih.
”Waspadalah jika di malam hari sewaktu tidur, Anda terbangun lebih dari 2 kali untuk buang air kecil. Amati juga apakah di kamar mandi atau kloset sering terdapat banyak semut berkerumun,” saran ketua Indonesian Diabetes Association (Persadia), Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD-KEMD FACE. Gejala yang menyertai diabetes tidak selalu sama antara pasien satu dan lainnya.
Bahkan, bisa jadi tanpa gejala berarti. ”Waktu diperiksa kadar gula darah puasa saya 220 mg/dl, tapi saya tidak merasakan gejala apa pun.Minum seperti biasa, buang air kecil lancar dan kalau luka juga cepat sembuhnya,” tutur Riana, 54, diabetesi asal Jakarta yang bulan lalu memeriksakan kesehatannya di laboratorium klinik. Menurut Sidartawan, gejala yang datang kadang memang tidak ?menakutkan?.
Pasien merasakan nafsu makannya baik, buang air kecil lancar, minum banyak, sehingga tidak menyadarinya. ”Tahu-tahu penyakit berlanjut dan timbul mual, kesemutan, atau stroke,” ungkapnya. Untuk itu, jika dalam keluarga ada riwayat diabetesi, segeralah sedini mungkin cek kadar gula darah.
”Jangan tunggu sampai muncul keluhan, sebab kadang gejala tidak terasa,” tandas dokter yang aktif di INDINA (Institut Diabetes Indonesia) ini. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika juga melaporkan bahwa di Amerika terdapat lebih dari 14 juta orang terdiagnosis diabetes, dan 6 juta yang belum terdiagnosis.
Direktur The American Association of Clinical Endocrinologists, Richard Hellman MD, berniat mempromosikan skrining prediabetes, terutama pada orang dengan resistensi insulin atau gejala sindrom metabolik. (inda susanti)